Khalil Gibran adalah seorang seniman, penyair, dan penulis Lebanon - Amerika. Ia lahir di Lebanon pada 6 januari 1883, meninggal di New York, Amerika Serikat tanggal 10 april 1931, (pada usia 48 tahun). Dan Ia banyak menghabiskan masa hidupnya di Amerika.
Berikut adalah puisi cinta dari Khalil Gibran.
Cinta
Mereka berkata perihal serigala serta tikus
Minum di sungai yang sama
Dimana singa melepas dahaga
Mereka berkata perihal helang serta hering
Menujam paruhnya kedalam bangkai yang sama
Serta berdamai diantara satu sama lain
Didalam kehadiran bangkai-bangkai mati
Oh cinta, yang tangan lembutnya mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar serta dahaga dapat meruah serta kebanggaan,
Janganlah biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Mengonsumsi roti serta meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini biarlah rasa lapar menggigitku,
Biarlah rasa haus membakarku, biarlah saya mati serta binasa,
Sebelum saat kuangkat tanganku untuk cangkir yang tidak kau isi,
Serta mangkok yang tidak kau berkati
Cinta (2)
Mereka berkata perihal serigala serta tikus
Minum di sungai yang sama
Dimana singa melepas dahaga
Mereka berkata perihal helang serta hering
Menujam paruhnya kedalam bangkai yang sama
Serta berdamai diantara satu sama lain
Didalam kehadiran bangkai-bangkai mati
Oh cinta, yang tangan lembutnya mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar serta dahaga dapat meruah serta kebanggaan,
Janganlah biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Mengonsumsi roti serta meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini biarlah rasa lapar menggigitku,
Biarlah rasa haus membakarku, biarlah saya mati serta binasa,
Sebelum saat kuangkat tanganku untuk cangkir yang tidak kau isi,
Serta mangkok yang tidak kau berkati
Cinta (2)
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal
Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya
dan memandang ke arah kumpulan manusia itu,
dan keheningan menguasai mereka.
Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung
sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu
bagai angin utara membinasakan taman.
Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau,
demikian pula dia akan menghukummu.
Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu,
demikian pula dia ada untuk mencantasmu.
Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu
dan membelai mesra ranting-ranting lembutmu
yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu
dan menggegarkannya di dalam pautanmu pada bumi.
Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada
dirinya.
Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang
Dia mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau
dari kulitmu.
Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih.
Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya
sehingga engkau bisa menjadi hidangan suci untuk pesta
kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya bisa kau fahami rahsia hatimu,
dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati
Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari
kedamaian
dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu
dan melangkah keluar dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa,
tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis,
tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri
dan tiada mengambil apa-apa pun kecuali dari dirinya
sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;
Kerana cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
"Tuhan ada di dalam hatiku," tapi
sebaliknya,
"Aku berada di dalam hati Tuhan."
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya
Cinta,
sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi
dirinya.
Namun pabila kau mencintai dan memerlukan keghairahan,
biarlah ini menjadi keghairahanmu:
Luluhkan dirimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai,
yang menyanyikan alunannnya bagai sang malam.
Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu
jauh.
Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tentang cinta;
Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan
dan mensyukuri hari baru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan
cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih
didalam hatimu dan sekuntum nyanyian puji-pujian pada
bibirmu.
Cinta (3)
Kemarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah
rumah ibadat
dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ
tentang misteri dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya
rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata,
"Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi
lemah,
aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar
menghampiri.
Dengan suara bagai menyanyi dia berkata,
"Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang
ditumbuhkan dariku,
yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa
lalu
dan generasi yang akan datang."
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri
dan sambil mendesah, dia berkata,"
"Cinta adalah racun pembunuh,
ular hitam berbisa yang menderita di neraka,
terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit
sampai ia jatuh tertutup embun,
ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus.
Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat,
diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya."
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri
dan dengan tersenyum dia berkata,
"Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan
roh pengantin
sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat,
membuat mereka bangkit dalam doa di antara
bintang-bintang di malam hari
dan senandung pujian di depan matahari di siang
hari."
Setelah itu seorang lelaki menghampiri.
Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi
berkerut, dia berkata,
"Cinta adalah ketidakpedulian yang buta.
la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada
pangkal masa muda."
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan
bahagia berkata,
"Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang
menyalakan mata kita.
Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para
dewa melihatnya."
Seorang bermata buta menghampiri,
sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah
dan dia kemudian berkata sambil menangis,
"Cinta adalah kabus tebal yang menyelubungi
gambaran sesuatu darinya
atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya
yang berkelana
diantara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari
tangisnya sendiri
yang bergema di lembah-lembah."
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar
menghampiri dan menyanyi,
"Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari
kedalaman kehidupan
yang peka dan mencerahkan segala yang ada di
sekitarnya.
Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang
berjalan
melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang
diangkat
dari kesedaran dan kesedaran."
Seorang lelaki dengan badan bongkok
dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain
menghampiri.
Dengan suara bergetar, dia berkata,
"Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di
dalam kesunyian makam,
kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian."
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri
dan sambil tertawa dia berkata,
"Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku.
Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta.
"Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus
melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri
tentang cinta.
Semua menyatakan harapan-harapannya
dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya.
Nyanyian Sukma
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya
bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh
kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu
membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan
kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam,
Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
Aku Bicara Perihal Cinta
Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan apabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung
sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu
bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau,
demikian pula dia 'kan menyalibmu.
Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu,
demikian pula dia ada untuk pemangkasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu
dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut
yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu
dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka
kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada
dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit
arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta
kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya bisa kaupahami rahasia hatimu,
dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati
Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu
kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi
ketelanjanganmu
dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis,
tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri
dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya
sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki,
Karena cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
“Tuhan ada di dalam hatiku,”
tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati Tuhan”.
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya
Cinta,
sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi
dirinya.
Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki
berbagai keinginan,
biarlah ini menjadi aneka keinginanmu.
Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali,
yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu
jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung
cinta.
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan
dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih.
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan
cinta yang meluap-luap,
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam
hatimu
dan sebuah gita puji pada bibirmu.Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesadarannya.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari
yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesadaran yang dilakukan
malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan
misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.
Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang tinggi.
Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan
memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah-buahan.
Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan
air mengalir menuju syurga dan bumi.
Pandangan pertama dari sahabat
kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadilah ia"
0 komentar:
Posting Komentar